Senin, 02 November 2009

DASAR NORMATIF DALAM PEMELIHARAAN LINGKUNGAN

"DASAR NORMATIF DALAM PEMELIHARAAN LINGKUNGAN"
1. Perspektif Akidah
Akidah berasal dari kata akad/ikatan. Akidah maksudnya adalah ikatan yang diikat seseorang kepada zat ataupun orang lain. Dalam istilah agama akidah adalah keyakinan seseorang kepada Tuhan.
Keyakinan seseorang kepada Tuhan adalah jaminan utama untuk terciptanya pemeliharaan lingkungan hidup. Dengan keyakinan mukmin kepada Tuhan maka dia tidak akan melakukan kejahatan lingkungan walaupun tidak ada orang yang melihat. Karena dia yakin, saat mata manusia tidak melihat maka Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
Orang yang yakin kepada Allah akan menjaga lingkungan hidup dan memeliharanya dengan ikhlas. Hal ini sangat berbeda dengan manusia yang tidak beragama. Muslim yang ikhlas ketika berbuat tidak pernah mengharapkan pujian dari manusia. Dan ini adalah puncak kunci keberhasilan dalam berbuat.
Karena betapa banyak orang berbuat mengharap balas jasa dari orang lain, kemudian tidak dibalas sesuai dengan harapan, hingga akhirnya dia merusak karya yang telah dihasilkannya. Atau minimal dia kecewa dan sakit hati.
Muslim sejati memelihara lingkungan hidup karena dia yakin kepada Tuhan, dan hidup semata untuk menggapai rida dan kasih-Nya.
2. Perspektif Etika
Muslim menjaga lingkungan karena Muslim sangat dianjurkan untuk berakhlak baik. Tuhan mereka Maha Pengasih dan maha Penyayang, Nabinya dipuji karena berakhlak mulia, maka wajar bila muslim menjadi manusia yang paling berakhlak di bumi ini. Akhlak itu tidak saja tercermin dalam perilaku muslim dengan sesama muslim, sesama manusia, tapi juga berlaku terhadap lingkungan hidup yang lain, baik itu hewan, tumbuhan, bumi, langit, air bahkan hasil ciptaan dan buatan manusia.
Nabi Muhammad mengatakan dalam sebuah hadis: “Tebarlah kasih di bumi, kamu akan mendapat kasih di langit.” “Barang siapa tidak pernah mengasih, tidak akan dikasihi.”
Tebar kasih merupakan pesan universal Islam untuk berinteraksi dengan lingkungan hidup. Bila etika ini dilaksanakan maka balasannya adalah kasih Allah melimpahi manusia. Dan ini sudah sangat cukup. Tidak ada jaminan yang lebih dapat dipercaya selain jaminan dan perkataan Allah. Karena Dia tidak pernah ingkar janji. Maha Benar Allah dengan segala firman-firman-Nya.
3. Perspektif Ilmu Fikih
Fikih berasal dari kata faqaha artinya memahami secara mendalam. Fikih menjadi istilah agama yang artinya peraturan yang dibuat berdasarkan pemahaman yang mendalam atas sumber-sumber hukum agama. Hukum fikih ini meliputi semua urusan di dunia dan di akhirat, semua permasalahan ibadah dan muamalah, serta hubungan dengan Tuhan dan manusia sekaligus. Di dalamnya juga masuk masalah-masalah ekonomi, politik, sosial, pendidikan dan budaya serta semua dimensi yang berhubungan dengan kehidupan manusia.
Di antara ilmu fikih yang mengajak manusia untuk memelihara lingkungan hidup ialah hemat air dalam berwudu. Ini penting, karena boros dalam agama adalah tindakan yang tercela. Ketika hal itu ditanyakan sahabat apakah dikatakan boros ketika seseorang membuang-buang air ketika dia berwudu di sungai. Nabi Muhammad berkata: “Ya, walaupun itu di sungai.”
Ketika binatang mati menjadi bangkai, maka Nabi Muhammad memerintahkan sahabat untuk mengambil kulitnya dengan cara disamak. Untuk itulah hewan kurban yang paling afdal adalah biri-biri. Di samping dagingnya dapat dimakan, bulunya pun digunakan untuk serat kain.
Dalam haji, kita menemukan larangan berburu, memotong tumbuhan dan semacamnya. Kita juga menemukan upaya menghidupkan lahan yang sudah mati dalam fikih muamalah. Islam juga menetapkan bahwa air, rumput, api dan garam adalah milik umum dan tidak boleh dimiliki oleh kelompok tertentu.
Fikih Islam juga berhubungan dengan jihad, serta segala aturan yang diperbolehkan untuk merusak dan yang tidak. Serta bahasan-bahasan lain yang berhubungan dengan lingkungan.
Fikih Islam didasari pada metodologi yang pada tataran pelaksanaannya dapat menjamin seluruh siklus kehidupan di dunia ini, terutama manusia. Ini sangat sesuai dengan pesan Maha Hidup tentang lingkungan hidup yang sedang kita kaji.
Konsep Islam Dalam Pemeliharaan Lingkungan
1. Penanaman Pohon dan Penghijaun
Satu konsep dalam pemeliharaan lingkungan dalam Islam adalah penanaman pohon dan penghijauan. Tentang pohon dan penghijauan ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bab Tumbuh-Tumbuhan.
Satu catatan penting bahwa bertani dan bercocok tanam telah dikenal sejak manusia pertama hidup di bumi. Habil adalah petani dan Qabil adalah peternak.
Allah lah yang mengajarkan Adam nama-nama dan cara bertani dan beternak. Allah pula yang menyediakan bumi terhampar siap untuk ditanami, dan Dia juga menyediakan bibit untuk disemai dan ditanam. Maka sungguh keliru bila ada yang bertanya, apakah Islam membicarakan tentang penghijauan?
Islam agama hijau, karena Islam itu damai, dan jannah/surga di akhirat itu juga identik dengan jannah/surga/kebun di dunia. Ungkapan apa yang lebih dari pentingnya penghijauan lebih dari ucapan bahwa surga akhirat itu sangat terkait erat dengan suasana surga/kebun di dunia.
Pesan tersirat darinya, bila ingin merasakan surga di akhirat, tanamlah pohon, Dan bila ingin masuk surga di akhirat jagalah lingkungan hidup. Karena maqashid syariah Islam yang lima: menjaga agama, jiwa, akal, kehormatan dan harta, adalah pengertian lain dari lingkungan hidup. Sebagaimana makna lingkungan hidup yang kita sebutkan dalam pengantar di awal buku ini.
Lebih rinci lagi Nabi Muhammad bersabda: “Apabila seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia ataupun hewan, maka hal tersebut sudah termasuk sedekah." (Muttafaqun Alaihi)
Bahkan anjuran penghijauan tetap dilakukan walaupun kiamat telah di depan mata. Nabi Muhammad bersabda: “Apabila hari kiamat telah datang, dan pada salah satu dari kamu memegang bibit batang pohon kurma, maka bergegaslah menanamnya.”
Artinya, penghijauan dalam Islam tetap diminta walaupun tidak seorang pun yang memanfaatkan dari penghijauan itu. Karena dalam Islam penghijauan adalah ibadah yang mendapatkan pahala dari Allah.
Ilmu pengetahuan modern menyebutkan bahwa penghijauan memiliki faedah yang amat banyak. Seperti, menurunkan sengatan panas cahaya matahari, membantu terciptanya keseimbangan alam, menyerap air, menyerap suara gaduh, serta menyerap polusi industri.
Menanamlah, karena menanam itu ibadah, dan sehat bagi lingkungan.
2. Menjaga Kebersihan
Di antara konsep Islam dalam memelihara lingkungan hidup adalah menjaga kebersihan. Dalam hadis disebutkan, “Kebersihan itu sebagian dari iman.” (HR Muslim) Orang yang beriman sangat menginginkan kebersihan lahir dan batin. Kebersihan lahir dengan berwudu dan mandi wajib, kebersihan batin dengan salat. Lihat QS al-Mâidah 6.
Suatu hal yang sangat menarik bahwa fikih Islam selalu dimulai dari pembahasan bab thaharah/kebersihan. Ini merupakan cerminan bahwa Islam itu agama bersih. Tidak ada ajaran agama di dunia ini yang memulia ibadahnya dengan kebersihan.
Ketika hendak melakukan ibadah salat menghadap Tuhan Maha Hidup, umat Islam dipinta terlebih dahulu untuk berkumur-kumur, membersihkan hidung, membasuh muka, tangan, kepala, telinga, dan kaki. Hal ini diulangi berkali-kali agar bersih.
Disyaratkan juga untuk bersih pakaian dan tempat salat dari najis/kotoran ringan dan berat. Dan pakaianmu bersihkanlah. (QS al-Mudatstsir: 4)
Bahkan kebersihan kelamin akibat buang air besar (BAB) dan air kecil diatur sedemikian rupa dalam bab istinjak/membersihkan kotoran.
Di samping itu umat Islam diminta mandi sunat sebelum melaksanakan salat Jumat. Bahkan berhias bila hendak bepergian ke masjid, dan menggunakan wangi-wangian.
Bila hal di atas keterkaitan muslim dengan ibadah kepada Allah, maka Islam juga menganjurkan kebersihan dalam lingkungan sekitarnya. Dari Abu Hurairah disebutkan: “Iman itu ada enam puluh sampai tujuh puluh cabang, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan.” (HR Bukhari Muslim)
Menyingkirkan duri dari jalan adalah cerminan dan pendidikan untuk membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.
Selain bersih raga, Islam juga tidak lupa membahas tentang bersih hati. Kebersihan hati terlihat pada senyuman tulus yang dipancarkan dari bibir muslim. Nabi Muhammad bersabda: “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah.” (HR Ibnu Hibban dan Baihaqi)
Di Malaysia baru-baru ini (Juni 2007) di gelar gerakan murah senyum. Seluruh pegawai yang melayani masyarakat terutama polisi diminta untuk melayani rakyat dengan penuh senyuman. Murah senyum membuat pelakunya panjang umur, dan cepat marah membuat pelakunya cepat mati. Untuk itu nabi sangat mengecam pemarah dengan berkata: “Jangan marah.” Kata-kata ini diungkapkan berkali-kali.
Satu pesan bagi pembersih masjid, bahwa pekerjaan anda sangat mulia. Dikisahkan ada seorang perempuan berkulit hitam yang rajin membersihkan masjid. Suatu ketika Rasulullah tidak melihat perempuan itu lagi. Sesudah beberapa hari Rasulullah menanyakan keberadaan perempuan itu. Kemudian dikatakan, bahwa dia telah wafat. “Kalau begitu, tunjukkan padaku kuburannya,” ujar Rasulullah. Nabi pun mendatangi kuburannya dan menyalatkannya. (HR Bukhari dan Muslim) Ini merupakan bukti penghargaan tertinggi bagi seorang yang rajin membersihkan masjid atau pun sarana umum lainnya, seperti jalan raya, kamar mandi umum.
Terima kasih para pekerja pembersihan. Semoga kita dapat ambil bagian bersamanya.
3. Menjaga Sumber Kekayaan Alam
Sumber daya alam adalah anugerah Tuhan yang Maha Hidup. Sumber daya alam ini harus dijaga, karena dia merupakan kekayaan bangsa yang akan diwariskan kepada anak cucu kita.
Dalam Alquran banyak sekali pesan larangan merusak di bumi. Bahkan di dalamnya disebutkan bahwa orang yang fasik itu adalah orang yang melanggar janji dengan Allah yang telah dia sepakati, memutus hubungan silaturahmi dan merusak di bumi. Ketiga sifat ini tidak pernah akan mendatangkan pada diri pelakunya kecuali kerugian. Lihat QS al-Baqarah [2]: 26 dan 27.
Mutawalli Sya’rawi menyebutkan segala sesuatu di alam ini ciptaan Allah dan tidak lepas dari sunnah-Nya, akan tetapi manusia datang dengan kebebasan dalam memilih (ikhtiar) merusak tatanan kehidupan yang sudah mapan di alam ini.
Kerusakan di bumi adalah mengeluarkan sesuatu dari batas normal. Contohnya, sikap berlebih-lebihan dalam memenuhi hawa nafsu dan ketamakan, atau dalam memberikan sanksi kepada orang lain, atau dalam melanggar hak orang lain. Jadi yang dimaksud dengan kerusakan di bumi adalah membuat suatu manhaj sendiri yang tidak sesuai dengan manhaj Allah. Dengan hilangnya manhaj Allah berarti manusia semuanya tunduk kepada hawa nafsu. Selanjutnya datanglah kesusahan dan kejahatan di dalam kehidupannya.
Banyaknya keluhan saat ini timbul akibat sikap masa bodoh (pasif) dan tidak ada seorang pun yang berusaha untuk menyelesaikannya. Penyelesaian tersebut tidak akan selesai kecuali memakai manhaj yang tidak disertai dengan hawa nafsu. Manhaj yang tidak disertai dengan hawa nafsu adalah manhaj Allah yang menciptakan manusia dan mengatur perputaran alam ini.
Adapun sebab pertama timbulnya kerusakan adalah mewakilkan urusan kepada orang yang bukan ahlinya. Apabila diserahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah masa kehancurannya. (HR. Bukhari dari Abu Huraira)
Kerusakan di bumi ialah kita menjadikan akal sebagai pengendali atau pengatur dan tidak memperhatikan timbangan alam yang telah diciptakan Allah. Dalam hal ini kita menemukan banyak kasus dan contoh konkrit.
Seperti, penebangan hutan secara liar, membuang limbah pabrik ke sungai (yang mengakibatkan pencemaran air), dan lebih ironis lagi, kita memberi pupuk tanaman yang diolah dari zat kimia yang beracun mengakibatkan bahaya, karena air sungai yang tercemar tidak layak untuk dikonsumsikan manusia dan tidak juga untuk irigasi. Sehingga hilanglah rezeki dari dunia ini secara bertahap.
Puncak dari kerusakan di bumi adalah tersebarnya kezaliman. Kezaliman ini akan mengakibatkan hidup terus menerus dalam kesusahan. Di antara unsur zalim itu ialah ketidak jujuran. Kalau manusia tidak jujur dan tidak melaksanakan amanat dengan benar, bisa dipastikan interaksi sesama manusia akan hancur dan hak-hak asasi akan hilang.
Inilah sebagian bentuk dari kerusakan di bumi. Allah telah meletakkan satu undang-undang universal yaitu manhaj-Nya yang harus dijalankan oleh manusia. Namun sayang, manusia tidak mau menjalankannya dan terus berjalan di kegelapan kebodohan.
Barang siapa yang menggunakan jasa seorang dari sekelompok manusia, sedangkan di antara mereka ada yang lebih diridai Allah, maka dia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin. Dari hadis ini mengindikasikan Islam konsen dalam meluruskan kehidupan manusia.
4. Menjaga Kesehatan Manusia
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa kekayaan yang tidak ternilai harganya adalah kesehatan. Petuah mengatakan: “Orang miskin mencari harta, orang kaya mencari sehat, kalau anda tidak mendapat harta jagalah kesehatan itu, karena di dalamnya terdapat harta yang melimpah.”
Kesehatan adalah nikmat yang sering dilupakan manusia di samping waktu luang. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad: “Dua nikmat yang sering dilupakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR Bukhari)
Untuk menjaga kesehatan itu Islam mempunyai cara yang sangat efektif. Nabi bersabda: “Wahai anak, Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu.”
Menjaga Allah ialah menjaga peraturan yang telah ditetapkannya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Dengan salat dan berzikir hati menjadi tenang, dengan berpuasa badan menjadi sehat, dengan umrah dan haji selain menambah wawasan badan juga segar.
Di sisi lain, menghindari begadang, minuman keras, narkotika dan rokok badan menjadi sehat.
Islam sebagai agama Kasih dan Hidup memerintahkan umatnya untuk tidur dan tidak salat malam sepanjang malam, untuk berumah tangga dan tidak boleh membujang selamanya, serta untuk berpuasa dan berbuka. Islam menetapkan bahwa tubuh manusia memiliki hak istirahat.
Bahkan bila seseorang sakit atau dalam perjalanan, Allah memberi keringanan untuk mengambil rukhsah-Nya dengan cara tidak berpuasa atau salat dijamak dan diqasar.
Di antara menjaga kesehatan manusia, Islam menganjurkan umatnya bila sakit berobat. Dengan satu catatan bahwa Allah Maha Penyembuh. Obat dan dokter adalah usaha yang diperintahkan Allah untuk dilalui orang yang sakit. Tidak ada kontradiksi antara keyakinan Allah sebagai satu-satunya Zat Maha Penyembuh dengan usaha manusia untuk berobat dan menjaga kesehatan.
Bahaya Yang Mengancam Lingkungan
1. Bahaya Pencemaran
Di antara bentuk bahaya pencemaran ialah pencemaran air. Pencemaran air ini dapat terjadi akibat limbah industri, air parit atau selokan, minyak bumi, pembasmi serangga (insektisida), reaktor nuklir, bahan-bahan plastik, mesiu dan air raksa. Di samping air yang kita temukan sehari-hari, kita juga menemukan pencemaran air hujan dan air yang terpendam di dalam perut bumi.
Di samping pencemaran air ada juga pencemaran udara. Pencemaran ini dapat terjadi akibat dari sumber-sumber yang alami, atau akibat ulah manusia. Di antara yang disebabkan oleh manusia adalah asap-asap yang berbahaya.
Pencemaran yang lain adalah pencemaran bumi, baik melalui benda-benda keras, bahan-bahan kimia atau melalui limbah-limbah yang mengalir. Yang mengalir ini seperti pembasmi hama, minyak. Atau juga limbah yang ditimbulkan oleh sampah rumah tangga dan dunia industri.
2. Bahaya Pengurasan Sumber Alam
Pengurasan adalah simbol ketamakan. Bila seseorang tamak dan menguras yang ada untuk diri dan anak cucunya. Maka dia telah melakukan salah besar. Karena apa yang dia kuras dari alam ini, tidak berdampak positif bagi anak cucunya, malah berdampak sangat negatif.
Di antara sebab terjadinya pengurasan ialah Pertama, penggunaan sumber alam yang bukan pada kodratnya. Kedua, penyalah gunakan sumber alam. Ketiga dan keempat, pemborosan dalam konsumsi dan menyia-nyiakan lingkungan. Kelima dan terakhir, pengrusakan di bumi
3. Bahaya Rusaknya Keseimbangan
Bila keseimbangan di alam ini rusak maka terjadilah hal berikut ini
a. Pengubahan mendasar dalam iklim dunia
b. Penggundulan hutan
c. Meningkatnya panas bumi
d. Meningkatnya permukaan air laut
e. Deras air hujan yang berasam
f. Pengrusakan ozon
Faktor-Faktor Yang Merusak Lingkungan
1. Merusak ciptaan Allah
Merusak ciptaan Allah merupakan faktor utama yang menyebabkan lingkungan rusak. Karena Allah Maha Hidup dan menginginkan kehidupan yang baik bagi makhluk-Nya. Maka bila ada makhluk yang merusak ciptaan-Nya sama artinya dia mengubah kehidupan menjadi kematian.
Contoh mengubah ciptaan Allah ialah mengubah tumbuh-tumbuhan yang tumbuh secara alami dikarbit dan dipaksa panen lebih cepat dari waktunya akibat proses kimia dan obat yang beracun.
Atau merubah hewan dan sapi atau ayam dari pemakan rumput dan hasil bumi, menjadi pemakan protein dan makan pelet, maka timbullah penyakit sapi gila dan flu burung.
Bahkan merubah manusia sebagai makhluk sosial menjadi manusia robot yang tidak berperi kemanusiaan, berarti telah merusak ciptaan Allah.
2. Kezaliman
Dua dosa yang tidak ditunggu balasannya di akhirat, yaitu pemutus silaturrahim dan pelaku kezaliman. Kezaliman berasal dari bahasa Arab yang diambil dari kata zhulm/gelap. Pelaku kezaliman berarti menggelapkan apa yang sudah terang bagi manusia.
Contohnya menzalimi rakyat dengan tidak memberi hak mereka. Atau menzalimi hewan ternak dengan tidak memberinya makan saat di dalam kandang, dan tidak pula melepaskannya agar dapat mencari makan sendiri di luar kandang. Menzalimi tanaman, dengan tidak menyiramnya pada waktu yang diperlukannya.
Satu catatan penting, ketika seseorang menzalimi maka sebenarnya orang tersebut telah melakukan kebodohan yang nyata. Karena dia hanya menzalimi dirinya sendiri. Maksudnya, ketika dia menzalimi orang atau makhluk lain (hewan, tumbuhan dan lingkungan hidup lainnya), sebenarnya orang tersebut telah mendapatkan limpahan pahala orang yang menzalimi itu kepada dirinya. Kedua, orang yang terzalimi itu mendapat kasih dari Tuhan.
Ketika seseorang menzalimi Tuhan, maka Tuhan itu tidak memerlukan penyembahan makhluknya. Kedurhakaan makhluk pun tidak mengurangi kekuasaan Allah. Allah Maha Kuasa dan Maha Kaya sebelum manusia diciptakan, Dia tetap Maha Kaya ketika makhluk itu ada, serta Dia Maha Kaya ketika makhluk telah tiada.
Kita memerlukan Tuhan dan Tuhan tidak memerlukan kita. Kezaliman yang dilakukan hanya merugikan diri sendiri.
Menarik pernyataan Ibnu Taimiyah bahwa Allah akan membiarkan negara kafir apabila ia berlaku adil, dan sebaliknya, akan memusnahkan negara Islam yang banyak terjadi kezaliman di dalamnya.
3. Berjalan Sombong di Bumi
Sombong dan takabur adalah perangai Iblis yang dikutuk Allah dan diusirnya dari surga. Manusia yang sombong tidak layak menjadi wakil Allah di bumi, dan tidak akan mungkin dapat memakmurkannya.
Pesan Maha Kasih dalam Lautan Kisah kita temukan sifat-sifat kezaliman manusia yang dari dahulu hingga saat ini dan masa depan terus saja terjadi. Contoh, tokoh kezaliman ialah Firaun dan Karun. Keduanya, lambang dari penguasa dan pengusaha. Penguasa dan pengusaha bila tidak cermat dalam menjalankan amanat kekuasaan dan kekayaan akan menimbulkan Neo Firaun dan Karun.
Sebaliknya penguasa dan pengusaha yang melihat apa yang dimilikinya adalah amanat yang dititipkan Allah, hingga dia menjadikannya sarana bukan tujuan hidup, inilah yang terjadi pada diri para sahabat. Orang ini tidak pernah sombong, karena kekayaan dan jabatan bukanlah hal yang perlu untuk disombongkan.
Satu hal yang paling menyedihkan dalam hidup ini ialah bila kita menemukan orang miskin yang sombong lagi angkuh.***
4. Menuruti Hawa Nafsu
Sebagaimana kata Syekh Mutawalli Sya’rawi di atas bahwa sumber kerusakan di langit, bumi, manusia, hewan dan tumbuhan adalah mengikuti hawa nafsu. Nabi Muhammad menyadarkan kita hakikat hawa nafsu yang tidak pernah puas. Bila seorang anak Adam diberi emas sebanyak gunung Uhud, maka dia akan meminta gunung yang kedua. Bila dibeli yang kedua, maka dia akan meminta yang ketiga.
Ketamakan terjadi karena mengikuti hawa nafsu yang tiada henti. Padahal hawa nafsu itu bagaikan anak yang bila diikuti dan dibiarkan untuk terus menyusui kepada ibunya maka sampai dewasa pun dia masih tetap menyusui dari ibunya. Tapi bila dia disapih pada usia dua tahun, dia pun akan berhenti menyusui.
Pepatah Arab mengatakan: “Kepuasan adalah harta karun yang tidak pernah habis.”
Allah berfirman: “Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya.” (QS al-Mu’minûn: 71)
5. Kufur terhadap nikmat Allah
Allah berfirman: “Bila kamu menghitung satu nikmat Allah maka kamu tidak akan dapat menghitungnya.” Ayat ini mengisyaratkan bahwa satu nikmat itu memiliki cabang dan sub nikmat yang banyak serta fungsi dan batas waktu yang tidak pernah habis dan berhenti. Sebagai contoh, nikmat mata, bila disebutkan maka nikmat yang satu itu tidak akan pernah selesai untuk disebutkan. Mata itu sendiri memiliki banyak organ, bila dirinci lagi sub dan bagian mata itu maka itu pun tidak akan habis untuk dibicarakan dan dihitung. Inilah gambaran betapa besar nikmat Allah kepada kita.
Hingga besarnya nikmat tersebut Nabi Muhammad bersabda: “Seorang tidak layak masuk surga bila hanya mengandalkan ibadahnya.”
Sahabat bertanya: “Apakah kamu Muhammad juga demikian?”
Nabi Menjawab: “Ya, termasuk saya. Kecuali Allah melimpahkan kasih-Nya kepada kita semua.”
Artinya, amal ibadah yang kita lakukan itu tidak akan sanggup untuk membalas satu dari sekian banyak nikmat Allah. Kalau hutang saja belum terbayar, maka rasanya kita pun malu untuk bertemu dan meminta upah dari apa yang kita kerjakan. Tapi Allah Maha Kasih, semoga berkat kasih-Nya kita dapat masuk surga dan bertemu dengan-Nya. Amin.
Strategi Dalam Memelihara Lingkungan
1. Pendidikan Agama bagi Generasi Muda
Untuk memelihara lingkungan perlu pendidikan agama yang benar dari tingkat dini hingga perguruan tinggi. Materi yang perlu ditekankan adalah perihal penanaman visi kepedulian dan penjagaan terhadap lingkungan, serta pola interaksi yang baik sesuai dengan perintah Allah.
Dengan perlakuan adil, manusia akan dapat mengambil berbagai manfaat dari lingkungan tanpa terjebak pada keinginan mengusai serta tindakan berlebihan.
Sebagaimana kita sebutkan di awal tentang akidah, maka pemeliharaan lingkungan hidup harus didasari kepada iman dan takwa. Tanpa nya, manusia akan menjaga bila diawasi, bila tidak ada yang jaga maka dia pun mulai merusak.
Pemahaman ini harus ditanam sejak dini, agar menjadi bagian tak terpisahkan. Nabi bersabda: “Wahai anak, jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” Penjagaan ini merupakan modal utama untuk hidup di hari kemudian kelak. Tidak saja di akhirat, tapi juga masa depan anak akan terwujud dari penjagaan dirinya terhadap Allah.
Iman merupakan modal utama manusia dalam mengarungi kehidupan untuk meraih kebahagiaan.
2. Mencerdaskan Generasi Muda dengan Nilai Islam
Selain pendidikan keimanan, nilai-nilai keislaman juga perlu ditanamkan. Di antara nilai keislaman yang terkait dengan lingkungan hidup ialah pelurusan pemahaman tentang hakikat Tuhan, manusia, hewan, bumi langit dan air. Dalam kajian buku ini selanjutnya akan membahas bagaimana nilai-nilai Islam melihat hal itu semua.
Banyak strategi yang dapat dilakukan untuk memelihara lingkungan hidup dengan mencerdaskan generasi muda. Seperti, dengan cara metode penerangan, penyuluhan, diskusi, seminar dan pidato. Atau lomba seni dan budaya, Atau pendekatan kultural bagi masyarakat umum.
Sedangkan agama dan lingkungan harus dilakukan berdasarkan nas dan teks yang benar. Bisa dilakukan lewat khutbah Jumat ataupun pengajian rutin di masjid dan di rumah.
3. Kontrol Sosial, Amar Makruf dan Nahi Mungkar
Kontrol sosial masyarakat sangat ampuh untuk menjaga lingkungan hidup dan mencegah kemungkaran. Timbulnya kenakalan remaja dan ketergantungan pada narkotika akibat rapuhnya kontrol sosial.
Di Indonesia, kontrol sosial hanya milik polisi dan aparat pemerintah. Masyarakat tidak dilibatkan dalam hal suka. Kalau pun ada dalam hal duka. Contohnya, masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam musyawarah desa untuk mengatur keuangan di tingkat lurah dan camat. Tapi, pada saat gotong-royong mereka selalu diminta tenaganya.
Kontrol sosial harus ditumbuhkan dalam suka dan duka agar lingkungan hidup dapat lebih terjamin. Untuk itu, program pemerintah itu harusnya bersifat dari bawah ke atas bukan dari atas ke bawah.
4. Membangun Supremasi Hukum
Supremasi hukum harus ditegakkan dengan memberi hukuman yang tegas bagi siapa saja yang melanggar. Kurang tegasnya dalam penegakan hukum akan membuat penjahat dan perusak lingkungan hidup tidak pernah kapok.
5. Kerja Sama dengan Lembaga Nasional dan Internasional
Kelima dan terakhir, membangun kerja sama dengan lembaga swadaya domestik dan internasional untuk menjaga lingkungan dan meluruskan segala bentuk tindakan pengurasan, pencemaran dan pengrusakan lingkungan.
Dalam hal ini kami dari Safir al-Azhar berterima kasih sekali kepada Bapedalda Sumatra Utara yang telah menjalin kerja sama dengan kami untuk bersama-sama memahami masyarakat Sumatra Utara tentang agamanya yang penuh kasih dalam melihat lingkungan hidup.
Selanjutnya pada buku ini, penyusun akan lebih memfokuskan uraian tentang pesan-pesan Maha Hidup Tentang Lingkungan Hidup, sebagai pesan yang Maha Kuasa yang diabadikan dalam Alquran menyangkut berbagai sumber daya alam dan lingkungan hidup meliputi manusia, binatang, tumbuhan, bumi dan gunung, angkasa, udara dan lain sebagainya yang dilihat dari berbagai aspek. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memberikan pemahaman dan wawasan yang lebih luas terhadap alam dengan seluruh isinya dalam pandangan agama Islam sekaligus mengarahkan manusia bagaimana seharusnya bersikap terhadap sumber daya dan lingkungan hidup itu sendiri.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar